Rabu, 30 Maret 2011

Sekelumit Jejak Sejarah Semarang

oleh Welcome To Semarang, Indonesia pada 15 Mei 2010 jam 20:09


Abad 8-15 M

Di daerah pesisir utara Jawa Tengah yg bernama Bergota/Plagota/Pergota ada sebuah pulau kecil bernama PULAU TIRANG ( Sekarang menjadi bagian dari bukit Bergota). Merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Pelabuhan Pergota merupakan pelabuhan yang ramai pda saat itu, lokasinya diperkirakan pada daerah Pasar Bulu sekarang memanjang sampai kaki bukit Bergota dan masuk ke Kali Semarang sampai Pelabuhan Simongan. Pada abad tersebut daerah tersebut masih merupakan daerah pantai dengan kepulauan yang kecil2. Sekarang pulau kecil2 tersebut sedah menyatu dengan daratan akibat pengendapan. Bahkan Kota Semarang Bawah yang dikenal saat ini dahulunya adalah laut, terbentuk daratan akibat dari pengendapan tersebut.

Abad 15 M

Awal abad ke 15 M Laksamana Cheng Ho mendarat di Pelabuhan Simongan (Kali Semarang sekarang) Mendirikan masjid dan klenteng. Sekarang menjadi Klenteng Gedong Batu.


Akhir abad ke 15 M seorang dari kesultanan Demak bernama pangeran Made Pandan bersama putranya Raden Pandan Arang pergi ke pesisir utara bagian barat untuk mencari daerah baru . Sampai di Pulau Tirang beliau membuka hutan dan mendirikan pesantren dan menyiarkan agama Islam. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Made Pandan atas kemauannya sendiri meninggalkan Demak melakukan perjalanan ke arah barat daya dengan maksud ingin menyiarkan agama Islam. Beliau diikuti oleh putranya. Setelah sampai ke suatu tempat yang terpencil dan sunyi beliau ingin menetap sebagai warga baru. Kampung tempat tinggalnya benar-benar sunyi, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.

Tanahnya subur dipenuhi pepohonan yang rindang. Di situlah Made Pandan mendirikan perguruan untuk mengajarkan agama Islam. Muridnya makin lama makin banyak bahkan banyak yang datang menetap di Tirang Amper tempat tinggal Made Pandan. Kecuali mengajarkan agama Islam, Made Pandan jugs memperhatikan kehidupan muridnya bahkan diajarkan pula cars bercocok tanam. Tirang Amper makin lama makin makmur dan terkenal. Karma di kampung itu jarang pohon asam, maka menurut ceritera disebut Semarang (asem - arang = Jawa).

Pada suatu hari datang utusan dari Semarang ke Demak yang mengabarkan bahwa Made Pandan atau terkenal dengan sebutan Pandan Arang meninggal dunia. Hadiwijaya sebagai penasehat istana Demak mengundang Sunan Kalijaga diajak berunding. Sunan Kalijaga tahu benar tentang kemajuan agama Islam di Tirang Amper. Daerahnya telah menjadi ramai walaupun tanahnya terdiri dari lembah dan pegunungan namun pengairan cukup untuk bercocok tanam. Ditambah lagi ada bandar yang menghubungkan dengan daerah lain.

Hasil perundingan menyimpulkan bahwa putra Pandan Arang, atau biasa disebut Pangeran Kasepuhan ditetapkan sebagai pemimpin daerah Semarang. Ketetapan itu dikukuhkan dalam suatu upacara bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W., tepatnya pada tanggal 2 Mei 1547 M. Pangeran Kasepuhan ditetapkan sebagai Bupati Semarang yang pertama, bergelar Pandan Arang II

Sebagai Kepala Pemerintahan, Pandan Arang II tinggal melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh ayahnya yaitu Pandan Arang I. Semarang menjadi lebih maju dan makmur. Kegiatan agama berkembang dengan baik. Sholat Jumat dimanfaatkan sebagai media pembinaan warganya. Sarasehan dalam pengajian diadakan secara rutin.

Keberhasilan yang dicapai dalam pemerintahan Pandan Arang II membuat beliau menjadi seorang pemimpin yang congkak dan sombong. Hidupnya penuh dengan kemewahan dan kikir. Mengetahui hal tersebut Sunan Kalijaga memperingatkan agar Pandan Arang II tidak terbius oleh kebahagiaan di dunia namun karma kehidupan adalah di akherat, maka kebahagiaan di akherat harus diupayakan.

Pandan Arang II insaf dan menyadari atas kekhilafannya selama ini. Setelah dipikir panjang beliau berniat untuk meninggalkan kemewahan di dunia, beliau bertobat dan ingin banyak berguru lagi tentang agama Islam kepada Sunan Kalijaga. Akhirnya adiknya Pangeran Kanoman diminta untuk menggantikan sebagai Bupti yang bergelar Pandan Arang III. Pergantian inipun hasil musyawarah Hadiwijaya (Adipati Pajang) dengan Sunan Kalijaga.


PANDAN ARANG II SEBAGAI SUNAN TEMBAYAT

Setelah banyak menerima ilmu dari Sunan Kalijaga, Pandan Arang II mendapat tugas untuk menyiarkan agama Islam di daerah selatan. Dengan bekal secukupnya Pandan Arang II dan isteri beserta putera Pangeran Jiwa berangkatlah ke daerah selatan. Di tengah perjalanan ND Pandan Arang yang ketinggalan suaminya dihadang oleh tiga orang penyamun. Direbutnya harts perhiasan dan dinar yang dimasukkan dalam tongkat buluh gading. Ditempat itu menurut cerita sekarang bernama Salatiga (salah-tiga = Jawa).

Dari Gunung Kucur perjalanan Pandan Arang dan isteri beserta puteranya menuju ke Gunung Jabalkat. Di tempat itulah Pandan Arang mendirikan perguruan untuk menyiarkan agama Islam. Pandan Arang II yang disebut juga sebagai Ki Ageng Pandan Arang jugs banyak mengajarkan cars hidup bermasyarakat yang dilandasi atas dasar kerukunan, kegotong-royongan. Banyak orang datang masuk Islam dengan mengucapkan kalimat Sahadat. Orang banyak menyebutnya "Sahadat Patembayatari" atau "Sahadat Tembayat'.

Dalam menyiarkan agama Islam Ki Ageng juga banyak mendapat tantangan karma daerah itu semula menjadi wilayah Majapahit. Diantara tokoh yang pada mulanya medentang Ki Ageng adalah Prawirasakti dad Majasta, dan akhirnya masuk Islam.

Daerah bukit Jabalkat dan sekitarnya tempat tinggal Ki Ageng Pandan Aran, akhirnya disebut Tembayat atau Bayat. Ki Ageng berkat kegotongroyongan muridnya juga berhasil mendirikan masjid di bukit Gala.

Setelah meninggal Ki Ageng dan Nyi Ageng dimakamkan di bukit Cakrakembang sebelah utara dan Ki Ageng Pandan Arang terkenal dengan sebutan Sunan Tembayat.


MAKAM SUNAN TEMBAYAT

Tembayat terletak 14 km di sebelah Kota Klaten. Di sana terdapat makam Sunan Tembayat di atas bukit Cakrakembang, sebelah selatan bukit Jabalkat, termasuk wilayah Desa Paseban, Kecamatan Bayat.

1. Luas Kawasan : 1,5 ha

2. Luas Bangunan : 14 x 14 m , Panjang Makam : 2,5 m

3. Terbuat dari : Batu merah, kayu dan sirap


2 Mei 1547

Setelah konsultasi dengan Sunan Kalijaga, Sultan Hadiwijaya dari Pajang mengangkat Pandan Arang sebagai Bupati pertama Semarang, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW , tgl 12 Rabiul Awal 954 H atau 2 Mei 1547. Bergelar Kyai Pandan arang.Tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.



1650

Ladang tembakau pertama kali ditanam di daerah perbukitan Semarang dan sekitarnya.


1678

Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas.


1682

Negara Bagian Semarang ditetapkan oleh Belanda

21 Agustus 1697

Sebuah kapal VOC karam di dekat Semarang

Nama : Bronstee

Tipe : Kat

Digunakan dari 1685 – 21 agustus 1697 oleh VOC

Kapten : Jakob Barendsz Sonbeek



1704

Pangeran Puger melarikan diri dari Mataram di Kartasura ke Semarang mencari perlindungan VOC karena akan dibunuh oleh Amangkurat III yang cemburu akibat kekuasaan.

Pangeran Puger mendapatkan dukungan Cakraningrat II dari Madura dan membujuk VOC untuk menerima Puger sebagai Susuhunan Pakubuwono I. Pasukannya menaklukkan Demak.


1705

Amangkurat III mengirimkan utusan ke VOC di Semarang, tetapi terlambat karena VOC sudah terlanjur menerima Pangeran Puger. Kedua perwakilan dikirm ke Batavia secara bersamaan.


18 Maret 1705

VOC di Batavia menerima Pangeran Puger sebagai Susuhunan Pakubuwono I dan mengirim bala bantuan ke Semarang. Dengan pasukan gabungan dari VOC, Semarang dan Madura , Pakubuwono I menyerang Amangkurat III di Kartasura dan menang.




19 Juni 1705

Susuhunan Pakubuwono I meresmikan kantor perwakilannya di Semarang



5 Oktober 1705

Susuhunan Pakubuwono I membuat perjanjian dengan VOC apabila membantu untuk merebut Kartasura, isi perjanjiannya antara lain menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai pembayaran hutang Mataram, Madura Timur menjadi wilayah VOC, VOC mendapatkan hak istimewa perdagangan dan nelayan pribumi hanya melaut di wilayah terbatas.

Semarang resmi menjadi kota milik VOC.

1740

VOC di Batavia mulai memindahkan orang-orang Tionghoa ke Ceylon (Srilanka) atau afrika Selatan, beredar desas desus bahwa orang-orang Tionghoa tersebut dibantai ditengah lautan. Para pemukim Tionghoa memberontak. Sebagai balasan di Batavia terjadi kerusuhan Anti-Tionghoa, 10.000 penduduk Tionghoa tewas dan daerah Pecinan dibakar habis.


1741

Para pelarian Tionghoa dari Batavia dibantu pribumi menyerang benteng VOC di Semarang dan Rembang. Di Rembang semua personil VOC yang tersisa dan tidak sempat melarikan diri dibunuh.

Atas pengaruh Patih Natakusuma, Pakubuwana II berpihak pada pemberontak pribumi dan Tionghoa, mengerahkan pasukan sejumlah 20.000 pribumi dan 3500 Tionghoa 30 senapan untuk mengepung Semarang.

Perlawanan VOC di Kartasura dapat dihancurkan. Cakraningrat IV dari Madura menawarkan bantuan. VOC mengerahkan bantuan ke Semarang dan berhasil memadamkan pemberontakan.

Atas rekomendasi Van Imhoff, Gubernur Jendral VOC saat itu Adriaan Valckenier dibebas tugaskan dan diganti oleh Johannes Thedens.

Pasukan Mataram dan pemberontak Tionghoa menyerang kota-kota pesisir utara, tetapi pengepungan kota Semarang tidak berhasil.


1749

VOC menetapkan Bupati sebagai kepala pemerintahan orang – orang pribumi di Semarang.


13 Juli 1753

Pembangunan Gereja Protestan pertama di Semarang (Gereja Blenduk)


1754

Jalur Pos pertama antara Semarang – Batavia, Cheribon dan Tegal.

1772

Pembangunan Kelenteng Tay Kak Sie di Jalan Lombok



1810

Pembukaan Perusahaan Jalur Pos Regular yang menggunakan kuda, dipimpin oleh Direktur Kantor Pos dan Jalan Raya.


1814

Lahirnya Raden Saleh Sarief Bustaman ( dikenal sebagai Raden Saleh Danoediredjoe). Seniman pribumi pertama yang melukis gaya barat.


29 Mei 1827

Kota Semarang mendapatkan lambang kota (banner)



_____________________

lambang kota Semarang sekarang :

1857

Pembukaan kantor telegram tujuan Batavia-Semarang-Ambarawa-Soerabaja.


17-18 Agustus 1860

Pemberontakan di Württembergse Kazerne (barak) di Jalan Djoernatan. Pelakunya pada dasarnya tentara KNIL berbangsa Swiss. 4 orang tewas dan 15 terluka. Setelah pemberontakan kurang lebih 35 tentara digantung di alun-alun.


1862

Tiang (Kotak) surat pertama ada di Semarang.


1881

Peresmian N.V. Semarang- Joana Stoomtram Maatscappij (SJS), perusahaan kereta api yang menghubungkan antara Semarang - Demak, Koedoes, Joana (Juwana ), Rembang and Lasem.

Pembukaan jalur telepon lokal (dalam kota)

Peresmian N.V.Semarang-Cheribon Stoomtram Maatscappij (SCS) (Semarang-Cheribon Steam-Tram Company). Jalur kereta api yang menghubungkan Semarang - Kendal, Tegal, Pekalongan and Cheribon. Juga disebut Suikerlijn (Jalur Gula).

Stasiunnya sekarang menjadi stasiun Poncol.



1894

Hubungan telepon ke Batavia-Semarang-Surabaja dibuka Jalur kereta api pertama antara Batavia-Semarang-Surabaja.


1906

Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuk Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Walikota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda.


1907

Pembangunan NIS Building (Nederlandsch Indishe Spoorweg Maatschappij), Kantor Jawatan Kereta Api atau sekarang dikenal sebagai Lawang Sewu

1916

Walikota pertama Semarang, Ir.D de Iongh (sampai 1927)


21 Juni 1911

"St Aloysius Broeder School" didirikan

di Gedangan .



1919

Perwakilan terpilih pertama dari pribumi di Balaikota. Bp Kasan, Semaoen dan Sanjoto dari “Sarekat Islam”.

1920

Dibawah pengaruh pemerintah Kolonial Belanda, PKI (Partai Komunis Indonesia) dideklarasikan di Semarang.

Semarang saat itu mendapat julukan "Kota Merah"


1927

Walikota A Bachus dan HE Boissevain sampai maret 1942

Alderman pertama Semarang : Cohen, schuling, slamet dan Tan Tiong Khing.

HE Boissevain


1928

Penerbangan pertama dari KNILM ("Konigklijke Nederlands-Indische Luchtvaartmaatschappij"), dari Batavia-Semarang di Lapangan Udara Simongan.

1929

Penerbangan pertama KNILM Soerabaja-Semarang di Lapangan Udara Simongan


1930

Penerbangan pertama KNILM Bandung-Semarang di Lapangan Udara Simongan.


1942

Semarang dikuasai Jepang. Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang di kepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia.



14 –19 Oktober 1945

Dikenal dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang melawan Jepang yang menolak menyerahkan senjata kepada rakyat Indonesia.



1945

Walikota pribumi pertama, Moch.lchsan (sampai 1949)

1949

Walikota Koesoebiyono (1949 - 1 Juli 1951)

Februari 1950

Kekuasaan diberikan ke komandan KMKB Semarang

1 April 1950

Mayor Suhadi, Komandan KMKB menyerahkan kepala pemerintahan Semarang kepada Koesoedibyono, pegawai tinggi di Kementrian Dalam Negeri di Jogjakarta.

Walikota Semarang setelah kemerdekaan :

1. RM. Hadisoebeno Sosrowardoyo ( 1 Juli 1951 - 1 Januari 1958)

2. Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat ( 7Januari 1958 - 1 Januari 1960)

3. RM Soebagyono Tjondrokoesoemo ( 1 Januari 1961 - 26 April 1964)

4. Mr. Wuryanto ( 25 April 1964 - 1 September 1966)

5. Letkol. Soeparno ( 1 September 1966 - 6 Maret 1967)

6. Letkol. R.Warsito Soegiarto ( 6 Maret 1967 - 2 Januari 1973)

7. Kolonel Hadijanto ( 2Januari 1973 - 15 Januari 1980)

8. Kol. H. Imam Soeparto Tjakrajoeda SH ( 15 Januari 1900 - 19 Januari 1990)

9. Kolonel H.Soetrisno Suharto ( 19Januari 1990 - 19 Januari 2000)

10. H. Sukawi Sutarip SH. ( 19 Januari 2000 - 2010 )

11. H. Soemarmo, HS (19 Juli 2010 - Sekarang)



=======================================================

Penguasa Semarang :

Dibawah Pajang dan Mataram

1. Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III (1553-1586)

2. Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659)

3. Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666)

4. Mas Tumenggung Prawiroprojo (1666-1670)

5. Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674)

6. Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701)


Dibawah VOC :

7. Raden Martoyudo atau Raden Sumimngrat (1743-1751)

8. Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadmienggolo (1751-1773)

9. Surohadimenggolo IV (1773-?)

10. Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?)

Pemerintahan Hindia Belanda :

11. Raden Tumenggung Surohadiningrat (?-1841)

12. Putro Surohadimenggolo (1841-1855)

13. Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860)

14. RTP Suryokusurno (1860-1887)

15. RTP Reksodirjo (1887-1891)

16. RMTA Purbaningrat (1891-?)

17. Raden Cokrodipuro (?-1927)

18. RM Soebiyono (1897-1927)

19. RM Amin Suyitno (1927-1942)

20. RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945)

Pemerintahan Republik Indonesia :

21. R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945), hanya berlangsung satu bulan

22. M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun 1946)


Pemerintahan RIS :

23. RM.Condronegoro hingga tahun 1949

Setelah Pengakuan Kedaulatan :

24. M. Sumardjito (1946-1952)

25. R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956).

tambahan lagi sejarah semarang dari sumber berita tionghoa yang terdapat di klenteng sam po kong di semarang. sumber berita (kronik) ini ditemukan oleh residen poortman pada tahun 1928 pada waktu menggeledah klenteng sam po kong terkait dengan pemberontakan komunis di hindia belanda. temuan ini tidak dipublikasikan karena mengandung hal yang sangat sensitif. saya ambil yang ada hubungannya dengan sejarah kota semarang :

1413

Armada Tiongkok dinasti Ming selama satu bulan singgah di Bergota (nama Semarang dahulu) untuk perbaikan kapal-kapal. Mereka juga mendirikan masjid . Laksamana Sam Po Bo (Cheng Ho), Ma Huan dan Fe Tsin bersembahyang disini. Lalu pada tahun2 berikutnya agama Islam yang dibawa pendatang dari Tiongkok berkembang pesat. Para pendatang dari Tiongkok ini kemudian banyak yang menetap. mereka membawa teknologi baru tentang pembuatan kapal dan senjata mesiu. Di Bergota (Semarang) didirikan galangan kapal yang sangat besar pada masa itu, juga pabrik mesiu yang memproduksi mercon dan meriam.

1433

saat Laksamana Cheng Ho wafat di masjid Bergota diadakan shalat gaib.

1450-1475

dikarenakan Tiongkok/dinasti Ming sudah sangat merosot, ekspedisi pun di hentikan. Dan dikarenakan tidak adanya lagi orang2 muslim Tionghoa yang datang, masyarakat penetap Tionghoa dan keturunan Tionghoa muslim menjadi merosot. Masjid Laksamana Cheng Ho di Bergota (Semarang) berubah menjadi Klenteng Sam Po Kong. Jadi dapat disimpulkan bahwa Sam Po Kong bukan hanya petilasan tempat mendaratnya Cheng Ho, namun pernah didirikan masjid disana.

1474

Raden Patah (Panembahan Jimbun) dan Raden Kusen singgah di Bergota. Raden Patah menangis melihat masjid Sam Po Bo menjadi Klenteng. dan berjanji akan membuat masjid di daerah tersebut yang selamanya akan tetap masjid.

1475

Raden Patah dianugrahi wilayah di sebelah timur Semarang di kaki gunung Muria oleh Sunan Ampel dan mendirikan kerajaan Islam Demak.

1477

Raden Patah merebut Bergota (Semarang) dengan tentara Islam Demak yang hanya sebesar 1000 orang. Raden Patah mendahului ke Klenteng Sam Po Kong dan melindungi dari segala gangguan. Raden Patah tidak membunuh orang2 Tionghoa bekas Islam di Semarang, karena membutuhkan keahlian teknis mereka, terutama di bidang perkapalan. Dan orang Tionghoa bukan Islam di Semarang berjanji akan tunduk pada Demak.

1478

Raden Kusen menjadi penguasa di wilayah Semarang dan membuka kembali pengergajian kayu jati dan galangan kapal yang dahulu dirintis oleh Laksamana Cheng Ho. Raden Kusen juga bertugas untuk membangun daerah Bergota menjadi bandar yang besar.

1481

Para pekerja galangan kapal di Semarang dikerahkan untuk membantu pembangunan masjid Agung Demak. Saka guru tiang masjid dikonstruksi menurut tiang kapal yang kuat dan kokoh, yaitu terdiri dari potongan2 kayu (tatal) yang disatukan.

1509

Sultan Yunus (Pangeran Sabrang lor, Adipati Unus) putra dari Raden Patah mengunjungi galangan kapal di Semarang yang saat itu sedang gencar berproduksi dalam rangka menyerang Malaka. Tahun 1512 Malaka dikuasai oleh Portugis. Tahun 1521 Adipati Unus menyerang lagi namun gagal dan beliau tewas.

1529

Raden Kusen wafat. Jenasahnya diantarkan ke Demak. ikut serta seluruh penduduk Bergota mengantarkan, Islam dan bukan Islam.

Penguasa Bergota dijabat oleh Sunan Prawata.

1541

Dengan bantuan orang Tionghoa bukan islam di Bergota, Sunan Prawata menyelesaikan 1.000 kapal jung besar yag masing2 memuat 400 prajurit. Sultan Trenggana (ayah Prawata) akan memulai ekspedisi ke kepulauan Timur(Indonesia Timur). Orang2 Tionghoa bukan Islam di Bergota siang malam membanting tulang di galangan kapal.

1546

Sultan Trenggana wafat dalam ekspedisi di Kepulauan Timur, Sunan Prawata naik tahta di Demak. Arya Penangsang dari Jipang menyerbu Demak. Seluruh kota dan keraton Demak musnah, kecuali mesjid. sunan Prawata terdesak mundur dan bertahan di galangan kapal di Bergota. Tentara Jipang mengepung. Bergota di bumi hanguskan kecuali klenteng dan masjid. Termasuk juga galangan kapal dibakar sampai habis. Sunan Prawata tewas.

Sejarah kemudian mencatat Arya Penangsang kemudian dikalahkan oleh Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) dari Pajang. Kemudian Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga menunjuk Raden Pandan Arang sebagai pengganti Sunan Prawata sebagai Bupati Asemarang.

Jadi jelas sudah Semarang dahulu merupakan pintu masuk Kerajaan Demak. Setelah merosotnya pelabuhan Tuban, Semarang menjadi pelabuhan pantai utara Jawa yang ramai.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar