Akan tidak lengkap kiranja dalam toelisan ini bila tidak menjeboetkan tentang Toegoe sebagai peringatan atas tekad dan kerpewiraan rakjat teroetama pemoeda2nja.
Bertempat di tengah2 Aloon2 Semarang dibangoen seboeah Toegoe dengan nama "TOEGOE MOEDA" jang batoe pertamanja diletakkan oleh Mr. Wongsonegoro, Goebernuur Djawa Tengah, pada tanggal 28 Oktober 1945.
Toegoenja sederhana, tetapi bagi mereka jang mengalami dan mendjadi saksi di hari2 itoe tentoenja tidak akan moedah meloepakannja.
Rakjat Semarang akan tetap ingat kepada pemandangan Toegoe Moeda dengan Pendjaganja jang bersendjatakan karaben bertopi badja, menghadap ke arah Hotel Du Pavilion (d/h Hotel Dibja Poeri), pertahanan Inggris; senapan mesinnja di taroeh di tanah berbentengkan karoeng pasir menghadap ke arah Toegoe Moeda jang berdjarak antara 50 meter. Esoknja ketika Semarang terpaksa haroes ditinggalkan, Toegoe Moeda itoe dibongkar oleh Belanda.
Masa2 ketenangan roepanja masih djaoeh dari oedara kota kita : memang rakjat dan pemoeda jang baroe sadja lepas dari alam pertempoeran telah tidak mersa tenang dan mengenal lelah. Mereka selaloe siap, awas dan waspada melihat kedatangan tentara2 Inggris, Gurkha dan Rapwi (Rehabilitation of Allied Prisoned of War ang Interniers) jang makin hari makin bertambah djoemlahnja, dan akan mendarat di Semarang moelai berachirnja Pertempoeran 5 hari pada tanggal 20 Oktober 1945.
MONUMENT PERTEMPOERAN 5 HARI.
Sebagai monbument atas djasa Angkatan Moeda dalam pertempoeran 5 hari di Semarang, maka oleh para ex. Panitia Toegoe Moeda dan taman Pahlawan, dengan dipelopori oleh sebagian besar ex. Angkatan Moeda antara lain : Martadi, Soeroso, A. Djaja, Soewarno, Tjipto, Salim dan letnan Kolonel Soediarto, maka di dalam tahoen 1950 timboellah initiatief oentoek mendirikan Toegoe Moeda, sebagai peringatan atas djasa Angkatan Moeda dalam pertempoeran 5 hari.
Achirnja Panitia terseboet jang djoega telah mengalami perobahan2 dan terachir diketoeai oleh Bapak Hadisoebeno Sosrowerdojo, Walikota Semarang, pada boelan Mei 1952 pembikinan Toegoe Moeda terseboet moelai dikerdjakan di tengah2 djalan simpang lima (Wilhelminaplein), di depan staf kwrtier Divisi Diponegoro, Bodjong (sekarang musuem Mandla Bhakti).
Peletakan batoe pertama dilakoekan oleh Goebernoer Boediono jang disaksikan djoega oleh J. M. Menteri P. P. & K, Mr. Wongsonegoro. Adapoen beajanja jang semoela direntjanakan hanja memakan Rp. 30.000,- achirnja berhoeboeng dengan kenaikan2 harga bahan dan lain2, maka Toegoe Moeda terseboet memakan beaja hingga sebesar Rp. 200.000,- oeang mana di dapat dari para dermawan kota ini.
Tepat pada hari Kebangkitan Nasional Indonesia tanggal 20 Mei 1953 djam 09.25 Toegoe Moeda terseboet diboeka setjara resmi oleh P.J.M. Presiden Soekarno.
KETERANGAN RELIEF PADA TOEGOE MOEDA
Toegoe Moeda berbentoek "Lilin" mempoenjai maksoed sebagai kenang2an jang tak koendjoeng padam bagi perdjoeangan Angkatan Moeda beserta Rakjat Semarang, dalam djasanja mempertahankan woedjoed dari pada Proklamasi 17 Agustus 1945 jang dipersembahkan kepada Iboe Pertiwi sedjak babak pertama dalam pertempoeran 5 hari jang terkenal itoe.
Sangga Lima jang meroepakan pilar2nja Toegoe Moeda, selain oentoek selaloe mengenangkan pengorbanan2 pertempoeran 5 hari dari Angkatan Moeda Semarang, djoega ditafsirkan adanja Dasar Pantjasila negara kita.
Pada tiap2 Sangga dipahatlah patoeng2 oleh beberapa ahli pahat patoeng.
1. Relief "Hongerodeem" dipahat oleh Bapak Eddy Soenarso, menggambarkan kehidoepan rakjat jang tertindas akibat pendjadjahan Belanda dan Djepang sehingga banjak jang menderita kelaparan akibatnja terdjadi boesoeng lapar (hongerodeem).
2. Relief "PERTEMPOERAN" dipahat oleh Bapak Joeski dari Atjeh, menggambarkan betapa sengitnja dan menggeloranja semangat serta keberanian Angkatan Moeda Semarang waktoe melakoekan pertempoeran selama 5 hari di kota ini oentoek kepentingan kedaoelatan bangsa dan negara.
3. Relief "PENJERANGAN" dipahat oleh Bapak Bakri dari Atjeh, mempoenjai arti perlawanan rakjat Indonesia terhadap fihak penindas oentoek kebebasan rakjat Indonesia dari belenggoe pendjadjahan.
4. Relief "KORBAN", dipahat oleh Bapak Nasir Bondan dari Banten, menggambarkan banjaknja rakjat jang mendjasi korban akibat terdjadinja pertempoeran 5 hari di Semarang.
5. Relief "KEMENANGAN", dipahat oleh Bapak Djony Trisno dari Salatiga, menggambarkan hasil dari djerih pajah dan pengorbanan jang membasahi boemi Kota Besar Semarang.
6. Relief-relief lain oleh Bapak Roetamadji, termasoek relieh Sila2 dalam Pantjasila.
Ontwerp Toegoe Moeda dibikin oleh Bapak Salim dan Bapak Hendro. Materi bangoenan dari batoe-batoe jang berasal dari Kalioerang, Pakem dan sekitarnja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar