Sedjarah Perkeretapian di Semarang
oleh Welcome To Semarang, Indonesia pada 11 Februari 2010 jam 16:51


STASIUN SAMARANG NIS 1 tampak dari
loear tanggal 10 agoestoes 1867
loear tanggal 10 agoestoes 1867

Tampak Stasiun Samarang NIS I berbentoek hoeroef "U"
Dengan soesah pajah pada 10 Februari 1870 selesailah djalur sampai ke Solo, setahoen kemoedian pembangoenan djalan rel telah sampai ke Jocjakarta. Akhirnja, pada 21 Mei 1873 djaloer Semarang-Soerakarta-Jocjakarta, termasoek tjabang Kedoengdjati-Willem I (Ambarawa) diresmiken pemakainnyja. Pada tahoen itoe selesai pula aloer Batavia-Butenzorg. Melihat besarnja kesoelitan jang dihadapi NIS, tidak ada investor jang tertarik oentoek membangoen djalan kereta api. Terpaksa pemerintah terjoen langsoeng. Pemerintah mendiriken peroesahaan Staat Spoorwagen (SS). Djaloer rel pertama jang di bangoen oleh SS adalah antara Soerabaia-Pasoeroean sepandjang 115 kilometer jang diresmiken pada 16 Mei 1878.
Setelah NIS maoepoen SS kemoedian terboekti mampoe meraih laba, bermoentjoelan belasan peroesahaan2 kereta api swasta besar maoepoen ketjil. Oemoemnja mereka membangoen djalan rel ringan ataoe tramwagen jang biaja pembangoenannnja lebih moerah. Tramwagen biasanja di bangoen di sisi djalan raja. Dan karena konstruksinja jang ringan, ketjepatan kereta api tidak bisa lebih dari 35 kilometer per djam.
Di antara peroesahaan2 terseboet jang mempoenjai djaringan terpandjang adalah Semarang Joana Stoomtram Maatschappj (SJS) sepanjang 417 kilometer dan Semarang Tjheribon Stoomtram Maatschappj (SCS) sepandjang 373 kilometer. jang terpendek adalah Poerwodadi-Goendih Stoomtram Maatschappj (PGSM) jang hanja mempoenjai djaringan sepandjang 17 kilometer
Lokomotif Pertama

Stasiun Pertama – Prototipe Stasiun Tanggoeng
Meskipoen djaloer Semarang-Tanggoeng, baroe diresmiken pada 10 Agustus 1867, tahoen 1863 NIS telah memesan doea boeah locomotif dari pabrik Borsig di Berlin, Djerman. Kedoea locomotif itoe dirantjang oentoek nantinja melajani djaloer antara Kedoengdjati dan Wilem I (Ambarawa) jang di beberapa tempat mempoenjai kemiringan sampai 2,8 persen. Ketika itoe locomotif boeatan Borsig banjak dipakai oleh peroesahaan2 kereta api di Belanda.

Stasiun Tanggoeng telah mengalami peroebahan bentoek

Stasiun Kedoengdjati – Kondisi saat awal pembangoenan
Sampai invasi Jepang ke Indonesia tahoen 1942-1945, rel-rel NIS / SS banyak dibongkar, teroetama gauge 1.435 milimeter, dipindah bangoen ke Soematera – dibangoen rel dari Soematera Barat ke Riaoe – djaloer rel soedah selesai dibangoen namoen Djepang soedah kalah Perang Doenia II, sehingga rel itoe beloem pernah sempat terpakai.
Pasca Kemerdekaan RI
Setelah Djepang pergi dari Boemi Pertiwi ini, Pemerintah RI jang baroe mengakuisisi SS jang berkantor poesat di Bandoeng mendjadi kantor kereta api milik negara RI. Dimoelai dari tahoen 1950 SS diganti Direktorat Djenderal Kereta Api (DDKA), tahoen 1950-1963 mandjadi Djawatan Kereta Api DKA, tahoen 1963-1971 menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), tahoen 1971-1990 mendjadi Peroesahaan Djawatan Kereta Api (PJKA), tahoen 1990-1999 mendjadi Peroesahaan Umum Kereta Api (Perumka) dan tahoen 1999 sampai sekarang ini menjadi BUMN PT Kereta Api (Persero). (Source : Ir. Hartono AS, MM, 2004).

Stasiun Toentang 1910, masih rel gauge 1435 mm

Stasiun Toentang pasca DKA, dengan rel gauge 1067 mm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar